![]() |
Hilman Andi M., Biro Religion Rayon Penakluk Al-Adawiyah/Foto: Aktivis Autentik |
Namun, bentuk perlawanan perempuan tidak selalu hadir dalam aksi besar atau konfrontatif, melainkan sering kali melalui tindakan-tindakan sunyi yang sarat makna. Di PMII sendiri, peran perempuan sering kali terpinggirkan, meskipun keberadaan KOPRI (Korps PMII Putri) menjadi ruang strategis untuk merespons hal tersebut.
Budaya Patriarki dan Ketimpangan Gender: Masihkah Relevan?
Nawal El Saadawi, seorang tokoh feminis Muslim progresif asal Mesir, pernah menyatakan bahwa "The liberation of women is not a matter of charity or justice, it is a basic necessity for the liberation of society itself." Kutipan ini menegaskan bahwa perjuangan perempuan bukan hanya soal identitas atau keadilan individu, tetapi menyangkut kemajuan masyarakat secara keseluruhan (El Saadawi, 1980). Budaya patriarki masih mengakar kuat dalam banyak aspek kehidupan sosial, termasuk di ranah organisasi mahasiswa.
Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan telah menjadi rujukan penting dalam memotret tren kekerasan berbasis gender terhadap perempuan di Indonesia selama lebih dari dua dekade. Tahun 2024 mencatat peningkatan signifikan, yaitu 330.097 kasus—naik 14,17% dari tahun sebelumnya dengan dominasi kasus di ranah personal (Komnas Perempuan, 2024). Data dari Komnas Perempuan menunjukkan bahwa diskriminasi berbasis gender masih terjadi, mulai dari pelecehan, pengambilan keputusan yang bias, hingga stereotip peran perempuan.
Meskipun PMII mengusung nilai kesetaraan, praktik struktural kerap kali masih menempatkan perempuan pada posisi subordinat, seperti hanya dilibatkan dalam urusan domestik organisasi. Hal ini menegaskan bahwa budaya patriarki belum benar-benar surut, bahkan dalam ruang yang seharusnya progresif. Oleh karena itu, kesadaran akan keberlanjutan ketimpangan gender perlu dibarengi dengan upaya sistematis dalam mendobrak struktur patriarki, termasuk di lingkungan PMII.
Melawan dalam Senyap: Makna dan Ruang-Ruang Perlawanan Perempuan
Perlawanan dalam senyap adalah strategi yang digunakan perempuan untuk menolak ketimpangan gender dengan cara yang tidak frontal, namun efektif. Di PMII, perempuan sering memilih untuk membangun ruang diskusi informal, memperkuat sesama kader perempuan, dan menyuarakan opini melalui tulisan, tanpa harus berbenturan langsung dengan struktur dominan.
Hal ini tercermin dari kader-kader KOPRI yang secara konsisten menyisipkan isu kesetaraan dalam forum kajian maupun kegiatan sosial. Strategi ini memungkinkan mereka tetap bertahan, bahkan menciptakan pengaruh, tanpa menimbulkan resistensi yang berlebihan. Maka dari itu, strategi senyap ini justru menjadi kekuatan tersembunyi yang mampu meretas dominasi patriarki dari dalam.
Strategi Perlawanan Perempuan: Dari Individual hingga Komunal
Strategi perempuan dalam menghadapi ketimpangan gender di PMII terbentuk dalam spektrum yang luas, dari tindakan personal hingga kolektif. Pada tataran individual, banyak kader perempuan yang berani mengambil ruang bicara di forum, menulis opini di media internal, atau mengambil tanggung jawab struktural meski tidak didorong. Sementara secara komunal, KOPRI menjadi basis solidaritas perempuan PMII dalam mengadvokasi isu perempuan, termasuk melalui kampanye, pelatihan, dan advokasi kebijakan internal.
Bentuk-bentuk perlawanan ini tidak selalu tampil mencolok, namun berdampak dalam menggeser budaya organisasi menuju arah yang lebih setara. Dengan demikian, baik dalam ruang personal maupun kolektif, perempuan PMII telah membuktikan bahwa strategi melawan tidak selalu butuh panggung besar untuk menciptakan perubahan.
Meski strategi senyap menunjukkan hasil yang signifikan, perempuan tetap menghadapi tantangan struktural dan kultural dalam perjuangannya. Hambatan seperti seksisme terselubung, ketimpangan akses kepemimpinan, dan minimnya dukungan terhadap isu perempuan masih sering terjadi. Tidak jarang, perempuan yang vokal justru mendapat stigma sebagai "tidak sopan" atau "melawan budaya".
Namun, harapan tetap tumbuh dari semangat kader perempuan yang konsisten menyalakan kesadaran, serta dukungan dari kader laki-laki yang mulai memahami pentingnya kesetaraan. Oleh karena itu, perjuangan perempuan dalam PMII membutuhkan dukungan sistemik dan kultural agar strategi melawan dalam senyap dapat terus berkembang dan berdampak.
Strategi "melawan dalam senyap" menjadi simbol kekuatan perempuan dalam menghadapi ketimpangan gender di tengah budaya patriarki yang masih melekat. Di PMII perempuan telah menunjukkan bahwa suara yang tidak selalu lantang bukan berarti tidak kuat. Lewat tindakan-tindakan kecil namun konsisten, mereka mengubah wajah organisasi dari dalam, memperjuangkan ruang setara, dan membangun solidaritas yang tahan banting.
Maka dari itu, sudah saatnya PMII di seluruh tingkatan memperkuat kerja sama antara kader laki-laki dan perempuan untuk menciptakan struktur organisasi yang setara tidak hanya dalam narasi, tetapi juga dalam kebijakan dan tindakan.
Sumber Rujukan
- El Saadawi, N. 1980. The hidden face of Eve: Women in the Arab world. Zed Books.
- Komnas Perempuan. 2024. Catatan Tahunan (CATAHU) Komnas Perempuan 2024: Menata Data, Menajamkan Arah. Komnas Perempuan. https://komnasperempuan.go.id/
Penulis: Hilman Andi M., Biro Religion Rayon Penakluk Al-Adawiyah.
0 Komentar