![]() |
Moh. Fakhri As Shiddiqy, Ketua PMII Rayon Hukum Komisariat Universitas Islam Jember/Foto: Aktivis Autentik |
Forum-forum pengkaderan memang terus berjalan. MAPABA rutin dilaksanakan, PKD digelar dengan peserta yang banyak, dan laporan kegiatan disusun rapi. Tapi pertanyaannya, apakah semua itu berdampak secara nyata? Apakah kader yang ikut forum benar-benar tumbuh, aktif, dan menemukan ruang geraknya dalam perjuangan? Banyak dari kita tahu jawabannya, meskipun kadang enggan mengakuinya.
Logika kaderisasi mestinya tak berhenti pada tahap produksi. Kita seringkali sibuk mencetak kader, tetapi lupa untuk mendistribusikannya. Produksi adalah forum seperti MAPABA dan PKD. Tetapi distribusi jauh lebih penting: bagaimana kader diberi ruang, tanggung jawab, dan penguatan agar terus berkembang di luar forum.
Dalam kenyataan, banyak forum kaderisasi dijalankan sebatas menggugurkan kewajiban struktural. Forum berjalan, materi disampaikan, lalu selesai. Setelah itu, tak ada kesinambungan. Banyak kader yang selesai forum lalu kembali larut dalam rutinitas masing-masing, seakan-akan tidak ada ikatan ideologis. Padahal, tanggung jawab kaderisasi tidak hanya di tangan pengurus. Seluruh kader PMII, baik yang baru bergabung maupun yang sudah lama, memiliki tanggung jawab untuk menjaga nyala gerakan ini.
Sebagai kader, mari kita tanya diri sendiri: setelah ikut forum, sudahkah kita memahami nilai-nilai dasar PMII? Sudahkah prinsip keadilan, keilmuan, dan pengabdian kita praktikkan dalam hidup sehari-hari? Atau kita hanya hadir, mencatat materi, lalu pulang tanpa makna?
Para ulama mengatakan dalam pepatah arab:
العِÙ„ْÙ…ُ بِÙ„َا عَÙ…َÙ„ٍ Ùƒَالشَّجَرِ بِÙ„َا Ø«َÙ…َرٍ
Artinya: “Ilmu tanpa amal seperti pohon tanpa buah.”
Forum pengkaderan adalah tempat kita menanam ilmu dan nilai. Tapi tanpa praktik dan arah perjuangan, semua itu akan kering. Kita hanya menjadi kader formal, bukan pelaku perubahan.
Distribusi kader bukan sekadar menempatkan seseorang dalam jabatan. Itu soal bagaimana kader diberi ruang tumbuh: di diskusi, advokasi, dakwah, media, hingga kerja sosial. Setiap kader punya potensi. Tinggal bagaimana kita mau menggali, mengasah, dan memanfaatkannya. Dan ini bukan hanya tanggung jawab pengurus, semua kader harus mengambil peran.
Kita semua pernah melihat kader yang tampak semangat saat forum, tetapi menghilang setelahnya. Ada pula kader yang pasif saat forum, tetapi pelan-pelan tumbuh menjadi penggerak yang luar biasa. Itu menunjukkan bahwa kaderisasi bukan tentang seberapa aktif saat forum, tetapi seberapa kuat proses yang dialami setelahnya.
Proses itulah yang melahirkan karakter, keteguhan, dan loyalitas. Tanpa proses, kader mudah goyah, mudah puas, atau bahkan berpaling. Tapi siapa yang sungguh-sungguh, pasti akan berbuah. Sebagaimana ungkapan arab yang sering kita dengar:
Ù…َÙ†ْ جَدَّ Ùˆَجَدَ
Artinya: “Barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan hasil.”
PMII adalah rumah besar yang berisi kader-kader potensial. Tapi sebesar apapun rumah ini, jika penghuninya tidak saling menyemangati dan menghidupi, maka rumah itu akan kehilangan jiwanya. Kaderisasi bukan proyek tahunan. Ia adalah napas yang terus dijaga.
Kita butuh menyusun ulang cara berpikir. Setelah forum, kader harus diajak masuk dalam komunitas diskusi, kerja advokasi, penguatan media, atau ruang sosial yang produktif. Kaderisasi harus menghidupkan tradisi tarbiyah, pendampingan dan pembinaan secara berkelanjutan. Ini bukan tugas satu bidang, melainkan kerja kolektif kita semua.
Sekarang mari kita renungkan bersama: setelah ikut forum, apa kontribusiku? Apakah aku sudah benar-benar hadir dalam perjuangan PMII? Apakah aku masih punya semangat untuk belajar, membina, dan mengabdi?
Kalau kaderisasi hanya jadi agenda struktural, maka PMII hanya akan menjadi pabrik peserta. Tapi jika kaderisasi kita hidupkan sebagai proses membangun kesadaran dan arah pengabdian, maka PMII akan terus memberi warna dan makna di tengah umat dan bangsa.
Menjaga kualitas kaderisasi berarti menjaga masa depan PMII. Dan itu adalah tugas kita semua.
Penulis: Moh. Fakhri As Shiddiqy, Ketua PMII Rayon Hukum Komisariat Universitas Islam Jember.
2 Komentar
PMII adalah wadah yang unggul bagi mereka yang bisa memanfaatkan wadah itu. Kader unggul bukan dari seberapa hebat program wadahnya tapi seberapa hebat dia menggunakan wadahnya
BalasHapusMhanthap sahabatku
Hapus