Warta

Lestari ing Budhoyo, Mustikaning Chondrodimuko, Refleksi Tiga Dasawarsa PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko

Moh. Zidni Ilman Nafi’a, Kader PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko/Foto: Aktivis Autentik
Aktivis Autentik - Dalam pusaran waktu yang bergulir tanpa henti, telah berlalu tiga dasawarsa perjalanan panjang sebuah organisasi yang bernama PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko. Tiga puluh tahun bukanlah sekadar angka dalam kalender kehidupan, melainkan sebuah rentang waktu yang cukup panjang untuk menyaksikan bagaimana sebuah institusi dapat bertumbuh, berkembang, dan memberikan sumbangsih nyata bagi peradaban.

Tempa Tempa Sakti Mandraguna - inilah jargon yang menggema di setiap sudut PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko. Seperti halnya Kawah Chondrodimuko dalam pewayangan yang menjadi tempat sakral dimana Gatotkaca ditempa hingga memperoleh kesaktian mandraguna¹, demikian pula PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko telah menjadi tempat penempaan yang sesungguhnya bagi para kader. Di sinilah mereka ditempa, bukan hanya dalam teori dan konsep, tetapi dalam realitas kehidupan yang sebenarnya. Mereka datang sebagai kader muda, dan melalui proses penempaan yang panjang dan tidak mudah, mereka keluar sebagai insan-insan yang Sakti Mandraguna - memiliki kekuatan intelektual, spiritual, dan kepemimpinan yang luar biasa.

Lestari ing Budhoyo - keabadian dalam kebijaksanaan - bukan sekadar jargon indah yang terucap di bibir. Ia adalah ruh yang menghidupi setiap aktivitas, setiap diskusi, setiap pemikiran yang lahir dari rahim organisasi ini. Kebijaksanaan yang dimaksud bukanlah kebijaksanaan yang stagnan, melainkan kebijaksanaan yang dinamis, yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai fundamental.

Dalam perjalanan tiga dekade ini, PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko telah menyaksikan pergantian generasi demi generasi. Para senior yang telah menyelesaikan pengembaraan intelektualnya kemudian membimbing para junior yang baru memulai. Proses regenerasi ini berjalan secara natural, bagaikan sungai yang mengalir dari hulu ke hilir, membawa kesuburan ke setiap tempat yang dilaluinya.

Proses penempaan di KAWAH ini tidak pernah mudah, sebagaimana penempaan Gatotkaca di Kawah Chondrodimuko yang memerlukan panas bara api yang menyala-nyala dan pukulan palu yang berulang-ulang. Para kader yang bergabung harus siap menghadapi benturan pemikiran, dialektika yang intens, dan tantangan intelektual yang tidak ringan. Mereka ditempa dalam diskusi-diskusi panjang yang terkadang berlangsung hingga larut malam, debat-debat ilmiah yang mengasah ketajaman analisis, dan kegiatan-kegiatan sosial yang mengajarkan kepekaan terhadap realitas masyarakat. Tempa Tempa Sakti Mandraguna - inilah yang mereka alami, proses transformasi dari kader muda menjadi insan yang memiliki kekuatan luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan.

Mustikaning Chondrodimuko - permata dari kawah Chondrodimuko - adalah hasil dari proses penempaan yang panjang dan tidak mudah tersebut. Chondrodimuko, dalam khazanah pewayangan Jawa, adalah kawah sakral tempat Gatotkaca ditempa oleh Batara Bayu hingga memperoleh kesaktian mandraguna yang membuatnya menjadi ksatria yang tak terkalahkan². Demikian pula dengan PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko, ia menjadi kawah sakral tempat bertemunya berbagai disiplin ilmu, berbagai pemikiran, dan berbagai latar belakang, yang kemudian melebur dalam proses penempaan intensif. Para kader yang masuk ke kawah ini akan keluar dengan kemampuan Sakti Mandraguna - kekuatan intelektual yang tajam, spiritualitas yang mendalam, dan kepemimpinan yang visioner.

Para alumni yang telah lulus dari penempaan KAWAH ini kemudian tersebar ke berbagai penjuru negeri, bahkan dunia. Seperti Gatotkaca yang setelah ditempa di Chondrodimuko menjadi ksatria yang Sakti Mandraguna dan mampu terbang melintasi langit, para alumni PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko pun memiliki kemampuan luar biasa untuk "terbang tinggi" dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka menjadi intelektual-intelektual muda yang mampu berpikir kritis dan analitis, tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu dangkal, dan selalu berusaha mencari kebenaran hakiki di balik setiap fenomena. Mereka menjadi cendekiawan-cendekiawan yang tidak hanya menguasai bidang keilmuannya, tetapi juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan komitmen untuk memberikan solusi atas berbagai permasalahan bangsa.

Tidak kalah penting, dari kawah ini juga lahir para ulama muda yang memiliki pemahaman mendalam tentang ajaran Islam namun tidak tercerabut dari realitas zaman. Mereka adalah ulama yang tidak hanya fasih dalam kitab-kitab klasik, tetapi juga mampu berdialog dengan perkembangan sains dan teknologi modern. Mereka adalah ulama yang moderat, toleran, namun tetap teguh dalam prinsip.

Ketika kita merefleksikan perjalanan tiga dekade ini, kita akan menemukan bahwa PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko telah menjadi katalisator bagi lahirnya generasi-generasi terbaik bangsa. Proses penempaan yang mereka jalani tidak hanya membentuk kapasitas intelektual, tetapi juga karakter, mental, dan spiritual. Mereka ditempa untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijaksana, tidak hanya kuat, tetapi juga berakhlak mulia.

Hari ini, ketika kita berdiri di penghujung dekade ketiga, kita melihat bahwa legacy yang telah dibangun begitu kokoh dan bermakna. PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko bukan hanya sekadar organisasi mahasiswa biasa, tetapi telah menjadi sebuah institusi pendidaan karakter yang sesungguhnya, tempat di mana para kader ditempa untuk menjadi insan-insan yang berkualitas tinggi.

Ke depan, dengan modal pengalaman tiga dekade dan jejak-jejak prestasi yang telah terukir, PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko diharapkan dapat terus menjadi mercusuar bagi generasi muda muslim. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan global, organisasi ini harus tetap konsisten dalam menjalankan fungsinya sebagai tempat penempaan yang menghasilkan mutiara-mutiara peradaban.

Semoga dalam dekade-dekade mendatang, api penempaan di KAWAH ini tidak pernah padam, dan terus melahirkan generasi-generasi emas yang akan menjadi pilar-pilar kemajuan bangsa dan umat.

Salam Pergerakan

Tempa Tempa Sakti Mandraguna.

Sumber:

  • https://id.wikipedia.org/wiki/Gatotkaca - Tentang tokoh Gatotkaca dalam pewayangan Jawa
  • https://www.kompas.com/edu/read/2021/03/15/174500971/gatotkaca-ksatria-berkesaktian-mandraguna-dari-pandawa - Kisah Gatotkaca dan Kawah Chondrodimuko
Penulis: Moh. Zidni Ilman Nafi’a, Kader PMII Rayon "KAWAH" Chondrodimuko.

2 Komentar

Cari Sesuatu di Sini

Close