![]() |
Penulis: Wahyu Adi Saputra, Koordinator Kaderisasi PMII Rayon FKIP/Foto: Aktivis Autentik |
Saat ini, organisasi mahasiswa yang dulu menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri dan berkontribusi pada masyarakat, kini terlihat tidak relevan lagi. Banyak mahasiswa yang merasa bahwa organisasi mahasiswa tidak lagi memberikan manfaat yang signifikan bagi mereka. Banyak mahasiswa yang lebih memilih untuk fokus pada akademik dan pekerjaan paruh waktu, atau aktivitas individu lainnya dibandingkan berpartisipasi dalam organisasi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa pun juga terlihat tidak lagi sesuai dengan kebutuhan dan minat mahasiswa saat ini. Hal ini membuat organisasi mahasiswa harus berpikir keras untuk mencari solusi agar dapat kembali relevan dan menarik bagi mahasiswa.
Hal ini benar-benar dirasakan oleh para Pengurus organisasi kampus, baik organisasi ekstra maupun intra dimana mahasiswa tidak lagi tertarik dalam berorganisasi dikarenakan membuang buang waktu, mereka yang lebih memilih fokus dalam hal akademik dan mengikuti program-program kampus merdeka.
Oleh karena itu, organisasi mahasiswa harus melakukan perubahan dan inovasi agar dapat kembali relevan dan menarik bagi mahasiswa. Hal ini merupakan tantangan bagi organisasi mahasiswa, termasuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), untuk tetap relevan dan menarik bagi mahasiswa.
PMII yang berdiri sejak tahun 1960 telah menjadi salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia dengan basis ideologi Ahlussunnah Wal Jamaah. Organisasi ini tidak hanya fokus pada pengembangan intelektual siswa, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Dalam konteks saat ini, peran PMII sangat relevan untuk menjawab tantangan zaman, termasuk dalam meningkatkan minat siswa untuk berorganisasi. PMII memiliki beragam program dan strategi yang mampu menarik perhatian pelajar, seperti pelatihan kepemimpinan, diskusi.
Sebagai pengurus Rayon tentunya harus mampu menjawab tantangan tersebut, karena rayon adalah gerbang awal kaderisasi di PMII. Memikirkan metode atau strategi baru dalam proses pengkaderan. Salah satu caranya PMII meningkatkan minat berorganisasi adalah melalui kaderisasi yang terstruktur. Proses kaderisasi PMII dirancang untuk menciptakan pemimpin-pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki empati sosial yang tinggi. Dalam setiap tahap kaderisasi, mahasiswa diajak untuk mengenal lebih jauh pentingnya berorganisasi dan dampaknya terhadap pengembangan diri.
Selain kaderisasi, PMII juga memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mengekspresikan minat dan bakat mereka, dan memberikan ruang berorganisasi dengan riang dan gembira. Dalam PMII, terdapat berbagai bidang yang dapat dipilih sesuai dengan minat anggota, seperti bidang Kajian dan keagamaan, kaderisasi dan sosial budaya, komunikasi dan informasi. Dengan memberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk memilih bidang yang sesuai dengan minatnya, PMII mampu menciptakan suasana berorganisasi yang inklusif dan menarik. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa yang ingin belajar sambil berkontribusi secara langsung kepada masyarakat.
Selain itu, PMII juga dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi, personal branding dan komunikasi untuk meningkatkan kesadaran dan minat mahasiswa terhadap organisasi. PMII dapat membuat akun media sosial yang aktif dan menarik, serta membagikan informasi tentang kegiatan dan program kerja organisasi. Dengan demikian, PMII dapat meningkatkan visibilitas dan kesadaran mahasiswa terhadap organisasi.
PMII juga perlu mengembangkan program pengembangan kepemimpinan yang dapat membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan dan mengambil peran aktif dalam organisasi. PMII dapat mengembangkan program seperti pelatihan kepemimpinan, mentoring, dan kegiatan lainnya yang dapat membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan kepemimpinan mereka.
Namun, perjalanan PMII dalam meningkatkan minat berorganisasi mahasiswa tidak lepas dari tantangan. Salah satu tantangan utama adalah stereotip yang menganggap organisasi mahasiswa sebagai kegiatan yang hanya membuang-buang waktu dan tidak relevan dengan kebutuhan karir. Untuk mengatasi hal ini, PMII terus membuktikan bahwa keterampilan yang diperoleh melalui organisasi, seperti kepemimpinan, manajemen waktu, dan komunikasi, sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Dengan menghadirkan alumni-alumni sukses sebagai inspirasi, PMII mampu mengubah pandangan negatif ini dan membangun kembali kepercayaan mahasiswa terhadap manfaat berorganisasi.
Selain itu, PMII juga menghadapi tantangan dalam menjaga keinginan kaderisasi. Tidak semua mahasiswa memiliki komitmen jangka panjang untuk aktif dalam organisasi. Oleh karena itu, PMII terus berupaya menciptakan inovasi dalam kegiatan-kegiatannya agar mahasiswa merasa terlibat dan tertantang. Kegiatan seperti bakti sosial, program pengabdian masyarakat, dan kolaborasi dengan organisasi lain menjadi strategi PMII untuk menjaga semangat anggotanya.
Penulis: Wahyu Adi Saputra, Koordinator Kaderisasi PMII Rayon FKIP.
0 Komentar