![]() |
Muhamad Ramdani/Foto: Aktivis Autentik |
Pendekatan emosional harus diutamakan dalam proses kaderisasi PMII. Ini bukan berarti mengabaikan urutan yang ada, tetapi lebih pada menekankan pentingnya hubungan emosional. Pendekatan ini akan membantu membangun ikatan yang kuat antara kader dan organisasi, sehingga mereka merasa lebih terlibat dan berkomitmen. Menurut Goleman dalam Primal Leadership (1995), kepemimpinan dalam kecerdasan emosional adalah kunci dalam membangun hubungan interpersonal yang efektif, yang sangat relevan dalam konteks kaderisasi.
Saat ini, banyak mahasiswa yang lebih fokus pada prestasi akademis dibandingkan pengalaman, relasi, persahabatan, dan rasa kekeluargaan. Hal ini menjadi perhatian karena mengabaikan aspek-aspek tersebut bisa mengurangi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan. Pendidikan tinggi seharusnya tidak hanya menjadi tempat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan saja, tetapi juga untuk membentuk karakter dan kemampuan sosial mahasiswa.
Pertanyaan penting yang perlu dijawab adalah; Di mana peran mahasiswa yang seharusnya menjadi agen perubahan? Apa tujuan sebenarnya duduk di bangku perkuliahan jika hanya untuk mencapai akhir tanpa memanfaatkan proses perjalanan itu sendiri? Mahasiswa harus sadar akan peran mereka sebagai agen perubahan sosial. Menurut Freire dalam pendidikan kaum tertindas (2024), pendidikan harus membebaskan dan menampukkan mahasiswa untuk menjadi partisipan aktif dalam masyarakat.
Pemimpin masa kini dinilai dari cara mereka mendekatkan diri, merangkul, memperlakukan, dan memahami orang lain. Kecerdasan intelektual penting, tetapi rasa kekeluargaan dan kemampuan untuk menciptakan hubungan emosional yang baik jauh lebih dihargai dalam konteks kepemimpinan modern. Goleman (1998) menyatakan bahwa pemimpin yang efektif adalah mereka yang memiliki kecerdasan emosional tinggi.
Transformasi kaderisasi PMII di era modernisasi harus menekankan pendekatan yang lebih manusiawi, mengintegrasikan aspek emosional, dan membangun rasa kebersamaan. Hanya dengan cara ini, kita dapat membentuk pemimpin masa depan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga empatik dan mampu memahami kebutuhan serta aspirasi orang-orang di sekitarnya. Melalui pendekatan yang komprehensif ini, PMII dapat terus berperan sebagai garda terdepan dalam mencetak pemimpin bangsa yang berkualitas.
Penulis: Muhamad Ramdani, Anggota Rayon Syari’ah PMII STAI WASFAL (2021) | Ketua Rayon Syari’ah PMII STAI WASFAL (2022) | Wakil Ketua 3 Komisariat PMII STAI WASFAL (2023) | Ketua Komisariat PMII STAI WASFAL (2024)
0 Komentar