![]() |
Ahmad Zuhdy Alkhariri/Foto: Aktivis Autentik |
Selagi masih ada kesempatan, mereka dituntut menguasai visi misi mengakar pada terjun di dunia kampus. Tetapi kita lupa bahwa potensi kader bukan di perpolitkan kampus saja. Melainkan ada banyak hal yang perlu diperhatikan detail mengenai apapun bentuknya. Bisa kita andalkan prestasi-prestasi seperti: nulis apapun, conten tentang PMII, masak-masak, ataupun bidang olahraga: sepakbola, tenis pingpong dan lain sebagainnya. Sebab, cara ini akan sangat membantu jaringan kaderisasi untuk terus berkarya. Dibawah ini cara mengkaderisasikan PMII dalam potensi mahasiswa sebagai berikut:
Membuat Perlombaan untuk Umum
Selama ini permasalahan muncul pada pengkaderisasikan PMII adalah membuat perlombaan untuk umum. Lupa pada pendiriannya yang seolah-olah PMII ingin independen, ingin menguatkan internal. Justru membuat perlombaan untuk umum bisa memberikan kesempatan bagi kader PMII untuk terus meningkatkan kualitas, terutama pada mahasiswa umum lainnya. Entah mau membuat lomba futsal, lomba nulis, lomba orator, lomba baca puisi. Kalau tidak dipertandingkan dengan lain, apalagi posisinya tuan rumah untuk warga PMII, tentu rasannya akan jauh lebih berbeda dan greget.
Karena pastinya membutuhkan persiapan, mental yang perlu ditingkatkan kembali. Otomatis, anggota PMII baru akan merasa tertantang melihat participant suara terbanyak. Bagi saya ini sangat penting menunjang kemajuan potensi kaderisasi PMII. Kalau kader ikut lomba luar itu sudah sangat biasa, dan hanya bermodalkan nekat saja kebanyakan. Ini tugas semua rayon, komisariat, cabang, PKC, bahkan PB sekaligus.
Harus Diarahkan dan Perlu Motivasi Lebih
Setelah membuat perlombaan untuk umum. Setiap kader harus diarahkan dan perlu motivasi lebih. Ini sangat perlu dikuatkan selama ia punya potensi. Khususnya kader PMII yang sudah berpengalaman harusnya menjadi mentor untuk adik-adiknya. Potensi apapun itu, selama masih memiliki ranah prestasi sudah sewajarnya menjadi teladan para regenerasinya. Bisa saya ambil contoh para rayon yang ngebet mengadakan pelatihan kepenulisan dirasa kurang diarahkan sama sekali. Tentu berbanding terbalik dengan hadirnya UKM Kampus lebih memposisikan apa yang harus dipersiapkan potensi lebih mengembangkan bakat-bakat terpendam.
Satu lagi menurut saya, sebuah program juga didasarkan ouput jelas dan terarah jangka panjang kemudian hari. Benar sekali, ouput sangat penting sahabat-sahabati. Karena itu merupakan arahan dan motivasi lebih memberi peluang pada setiap kader. Bisa saya ambil contoh missal: pelatihan kepenulisan ouputnya para kader wajib menulis, mau nulis esai, puisi, kira-kira dipersiapkan meliputi: pembuatan buku dan website. Mungkin buku sudah tidak terlalu digubris, namun alternatif lainnya tentu website. Tergantung keinginan para kader PMII.
Pentingnya potensi juga didasarkan untuk terus didiskusikan lebih detail mengenai karakteristik agar mereka merasa nyaman dan tentunya menginginkan PMII bisa meraih prestasi lebih. Atau kader yang punya potensi berupa musik, bisa dikembangkan lebih mengakar supaya ada rasa mengebu prestasi dari hari ke hari.
Sebagai Pengabdian atau Pengkhidmatan
Tidak perlu muluk-muluk sebagai pemimpin sebagai pengabdian atau penghkidmatan PMII. Dengan mengandalkan potensi kader akan lebih leluasa selalu memberikan terbaik bagi PMII sendiri. Karena sudah semestinya ini sebagai pengabdian atau pengkhidmatannya untuk PMII. Pada dasarnya, kader itu juga berbeda-beda setiap regenerasinya setiap tahunnya. Kalau tak bisa menjadi pengurus, setidaknya berkarya adalah bentuk pengabdiannya pada PMII.
Sederhananya begini, bisa membawa nama baik PMII bahwa ternyata kadernya punya keluasan pengetahuan luar biasa. Tidak perlu memperlihatkan identitas ke-PMII-annya, cukup kita diamkan dan tak mau cari tahu, eksistensi tak akan maju bila tidak dibarengi karakteristik kaderisasinya amburadul. Orang akan tahu bahwa PMII juga mampu menjawab keresahan mahasiswa netral yang terus menerus membicarakan politik. Semoga saja tulisan ini diresapi sahabat-sahabati PMII seluruh nusantara dan dunia.
Penulis: Ahmad Zuhdy Alkhariri
1 Komentar
Menginspirasi. Terima kasih!
BalasHapus