![]() |
Andrean Masrofie/Foto: Aktivis Autentik |
Lingkungan universitas tentu memiliki banyak pembelajaran sebagai bekal terjun ke masyarakat. Organisasi intra kampus salah satunya sebagai bentuk miniatur negara, ada Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) hingga Komisi Pemilihan Umum (KPU) tingkat mahasiswa.
Proses itu, sebagai upaya membentuk generasi-generasi yang hebat dimasa depan, menumbuhkan jiwa kepemimpinan sejak dini, menggali potensi dan minat pada setiap individu.
Maka sebenarnya yang jarang dilihat dari organisasi mahasiswa adalah pencapaian dalam target kinerja dalam satu periode. Sebab hampir semua capaian organisasi mahasiswa mampu membantu menunjang kualitas universitas, misalkan, dalam ranah pengabdian kepada masyarakat, kreativitas peningkatan skill mahasiswa-mahasiswa, hingga perbaikan akreditasi.
Jadi tak heran, jika seringkali banyak pihak yang memandang negatif organisasi mahasiswa, biasanya pandangan itu disandingkan dengan beberapa pengurus yang bermasalah di bidang akademik. Meski demikian, pandangan itu tidak selamanya benar karena tidak semua pengurus organisasi intra bermasalah pada bidang akademik.
Akhirnya, kelanjutan hidup organisasi kampus mengalami pasang surut. Administrasi birokrasi universitas kerap menjadi hambatan kinerja organisasi mahasiswa. Aturan yang kadangkala berubah tanpa adanya sosialisasi menjadi mimpi buruk para aktivis mahasiswa, baik secara pendanaan kegiatan yang mengalami penangguhan maupun tidak dikeluarkannya izin kegiatan.
Problem seperti ini, tidak seharusnya terjadi dalam lingkungan perguruan tinggi, sebagai tempat pembelajaran, tentu di perlukan keharmonisan dari pelbagai sistem yang ada di kampus, baik itu kebijakan, sarana penunjang, dan support pihak dosen maupun para tenaga pendidik lainnya.
Sialnya, hampir sedikit organisasi mahasiswa yang mendapatkan perhatian dari universitas. Maka wajar jika “sumber daya manusianya” pada akhirnya tidak mampu menghasilkan suatu karya, kegiatan dan skill yang bisa dibanggakan, organisasi akan terus terjebak dengan “masalah internal organisasi” mengapa sebab dari rancangan kerja mengalami hambatan realisasi sebab aturan birokrasi tadi.
"Sudahlah kerjakan organisasi it dengan baik, sesuai visi dan misinya Universitas toh meskipun sering tidak di support dengan dana dan fasilitas itu semua bagian dari pengabdian dan berproses." Barangkali ungkapan pemangku kebijakan universitas, yang kerap kita temui.
Tapi mungkin universitas seperti halnya perkataan beberapa pihak yang melihat bahwa organisasi mahasiswa hanya sebagai bentuk pengabdian dan proses tanpa melihat apa saja sebenarnya sarana kebutuhan sebagai penunjang efektivitas kegiatan. Dalam pandangan ini, menjadi ancaman akan kebebasan berekspresi karena segala bentuk pengabdian saat ini hampir menghilangkan rasa kritis pada individu.
Dapat dibayangkan, ketika nalar kritis mahasiswa sudah dibatasi oleh kebijakan kampus, dibenturkan dengan norma dan etika, maka peran organisasi mahasiswa, aktivis mahasiswa akan mengalami kemandekan. Akhirnya suara-suara aspirasi atas segala ketidaktepatan sistem birokrasi kampus akan lenyap dibatasi ruang dan waktu.
Sudah seharusnya, pihak universitas memberikan support untuk organisasi mahasiswa, untuk menjalankan roda kaderisasi di kampus masing-masing.
Namun, sebagian kampus masih acuh terhadap organisasi mahasiswa, hal yang ditakutkan putusnya roda kaderisasi, yang nantinya akan berdampak terhadap sikap apatis dan individualis dari mahasiswa dan menjadikan mahasiswa tidak mempunyai sifat kritis meskipun organisasi mahasiswa bukan satu satunya jalan membentuk sifat kritis.
Dalam keadaan saling support sistem, membenahi satu sama lain itulah dan bergerak pada bidang profesinya masing-masing barangkali mampu membuat kampus lebih baik. Tapi dalam situasi tertentu salah satu pihak bisa membuat hal yang merugikan pihak yang lain. Di saat seperti itulah sifat kritis mahasiswa di perlukan sebagai kontrol kebijakan dan organisasi mahasiswa sebagai wadah untuk mengasah skill dan membentuk sifat kritis mahasiswa. Kritiskah mahasiswa saat ini?
Penulis: Andrean Masrofie
0 Komentar