Warta

Budaya Kampus dan PMII dalam Kehidupan Kampus

Pengertian Budaya Kampus

Kampus pada dasarnya berusaha menjelaskan bagaimana kehidupan (manusia) dalam lingkungan kampus, khususnya mahasiswa sebagai pemeran utama. Budaya sebenarnya kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita apabila di sematkan dengan kata budaya, budaya politik, budaya agama dan lain sebagainya.

Dalam pembahasan mengenai materi budaya kampus, kita perlu menyesuaikan kondisi manusia dimana kacamata budaya ini digunakan untuk melihat dan mengenali seluk-beluk manusia. Dalam hal ini tentu saja dalam lingkungan kampus, di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran informasi dan kegiatan sosial akademis guna tercapainya tujuan-tujuan yang menjadi motivasi masing-masing, sejarah telah mencatat bahwa perjalanan panjang bangsa indonesia tidak lepas dari peran serta mahasiswa.

Jadi, secara garis besar budaya kampus adalah kajian ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan, perilaku, tradisi, nilai-nilai, interaksi dan lain sebagainya yang dianggap penting dalam dinamika dunia kampus ataupun lingkungan sekitar yang berhubungan dengan kampus.

Kampus Sebagai Miniatur Negara

Kampus boleh dikatakan sebagai miniatur negara. Karena di dalamnya ada politik dan budaya yang bermacam-macam, kampus tidak dapat dipahami hanya sebagai gelanggang akademis dan ilmu pengetahuan, karena nyatanya memang tidak demikian. Kampus juga terlibat dalam proyek dan pembangunan melalui perubahan legitimasi ilmiah di pemerintahan negara.

Sementara itu Mahasiswa sebagai aktor penting dalam kehidupan kampus memiliki tipologi yang beragam, ada Mahasiswa hedonis, aktivis, akademik, dan lain sebagainya. Sebagai sebuah gelanggang semu terbuka, kampus merupakan tempat potensial bagi kader PMII untuk mengasah mental dan pengalaman kepemimpinan melalui pengenalan mendalam terhadap kehidupan nyata, melalui kampus sebagai miniatur negara, 

Kampus adalah ruang kaderisasi bangsa. Kampus memiliki pemerintah dan rakyat, oleh karenanya kita akan menemukan berbagai kelompok yang akan bertaruh memperebutkan eksistensi kampus. Benturan ideologi antarnegara Mahasiswa pun akan terjadi di kampus, inilah yang menjadikan kehidupan di kampus menjadi sangat kondusif.

Dunia perpolitikan kampus membuat PMII mau tidak maunya akan terlibat dalam pusaran rebutan kekuasaan kampus, meskipun diakui atau tidaknya. Mahasiswa pada umumnya cenderung bersikap apolitis dengan berbagai isu kehidupan birokrat kampus dan para pejabat Mahasiswa.

Pada kampus ini organisasi bisa dibedakan menjadi dua, yaitu organisasi intra kampus adalah organisasi yang secara administratif dan struktural berhubungan dengan kampus, sedangkan organisasi ekstra kampus adalah organisasi independen yang baik struktur dan administrasinya lepas dari manapun serta mempunyai aturan-aturan secara mandiri, dan lepas dari pengawasan manapun. Sehingga organisasi ini lebih berani menyuarakan aspirasi secara lentang, seperti PMII ini.

PMII sebagai organisasi ekstra kampus membina dan mendistribusikan kader-kadernya untuk aktif dalam lembaga-lembaga kampus bahkan mendorong kader-kader terbaik memimpin lembaga tersebut, bagi PMII adalah sebagai ruang distribusi kader karena di lembaga tersebut kader PMII bisa mengembangkan kemampuan yang dimilikinya agar lebih maju dan profesional.

PMII memandang lembaga intra kampus sebagai setrategis wahana kaderisasi, pada umunya, ada beberapa jenis lembaga kampus yang memiliki otoritas tertentu dalam mengayomi kampus dan mahasiswa, yaitu presiden DEMA Universitas, SEMA Universitas, Gubernur DEMA Fakultas, SEMA Fakultas, dan HMJ/HMPS. Lembaga tersebut bermain dalam wilayah internal kampus, dan kepengurusannya berisikan Mahasiswa yang tercatat masih aktif program studinya. Secara umumnya ketiga jenis lembaga tersebut memiliki andil penting dalam rekayasa kampus. Mau kemana dan bagaimana nantinya kampus akan dikelola, lembaga inilah yang akan mewujudkan dalan tatanan kerja nyata lapangan.

Dengan menguasai intra kampus, PMII akan semakin meneguhkan perjuangannya dalam menyalurkan aspirasi Mahasiswa di segala lapisan, baik akademisi, organisatoris hingga preman kampus. Perlu diingat bahwa perguruan tinggi merupakan salah satu sarana yang dibuat dalam meningkatkan pembangunan negara secara umum. Oleh karna itu tak heran bahwa banyak perubahan besar yang diawali dari gerakan lembaga kemahasiswaan ini, adanya internet, pustaka hingga tempat parkir merupakan fasilitas yang diberikan karna adanya sebuah permintaan yang dalam hal ini diajukan oleh Mahasiswa secara umum dan disampaikan kepada pihak birokrat melalui lembaga kemahasiswaan jalur komunikasi antara Mahasiswa dan birokrat kampus. Ketika birokrat kampus serta lembaga-lembaga ini tidak mampu berkoordinasi dalam mengaspirasikan harapan civitas kampus umum, maka akan ada timbul saling ketidakpercayaan, stagnasi hingga kemerosotan akademisi kampus dalam tatanan akademisi, fasilitas dan budaya.

Penulis: Sahabat M. Riyan Ardilla
Kader PMII Rayon FTIK KOM UIN KHAS Jember

0 Komentar

Cari Sesuatu di Sini

Close