![]() |
| Muhammad Ridwan Marbun, Wakil Sekretaris IV PKC PMII Sumatera Utara. [Foto: Aktivis Autentik] |
Kaderisasi sebagai Jantung Organisasi
Kaderisasi adalah denyut nadi yang menghidupkan tubuh organisasi. Tanpa proses kaderisasi yang baik dan benar, PMII hanya akan menjadi nama tanpa makna. Proses ini bukan sekadar agenda formal seperti MAPABA, PKD, atau PKL, tetapi sebuah perjalanan panjang pembentukan watak, pemikiran, dan semangat pergerakan.
Kaderisasi sejatinya harus menjawab tantangan zaman. Di era digital ini, kader PMII tidak cukup hanya memahami teori keislaman, keindonesiaan, dan kemahasiswaan tetapi juga harus melek teknologi, memahami narasi global, serta mampu membaca arah perubahan sosial. Kaderisasi tidak boleh berhenti pada romantisme masa lalu, melainkan harus adaptif terhadap kebutuhan masa depan.
Kualitas kader akan sangat ditentukan oleh metode kaderisasi yang dijalankan: apakah ia mampu menumbuhkan kesadaran kritis, memberi ide-ide kreatif, memperkuat integritas, dan menanamkan semangat perjuangan yang relevan dengan konteks kekinian. Dengan demikian, kaderisasi bukan hanya melahirkan anggota baru, tetapi manusia pergerakan yang berjiwa mujahid, mujtahid, dan mujaddid.
Untuk menghadapi tantangan dan rintangan tersebut, maka keberlangsungan kaderisasi sangatlah penting dan tidak dapat di lepaskan dari sebuah organisasi. Dikarenakan dengan adanya kaderisasi, setiap individu yang ada di dalam organisasi dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara efektif dan efisien. Kaderisasi merupakan cara yang harus dilakukan untuk membangun sinergitas dalam kerja sama agar mampu menjalankan tugas-tugas keorganisasian.
Dengan melakukan kaderisasi secara maksimal, berkelanjutan, dan tepat sasaran, maka akan terlahir lah anggota ataupun kader PMII yang berkualitas, mampu menjalankan tugas dan kewajiban nya, serta fungsi organisasi akan berjalan secara lebih baik.
Regenerasi: Menjaga Keberlanjutan dan Relevansi
Jika kaderisasi adalah proses menyiapkan, maka regenerasi adalah proses menyalurkan. Dalam tubuh organisasi, regenerasi menjadi tanda bahwa roda pergerakan berjalan dengan baik. Regenerasi adalah mekanisme alami agar semangat perjuangan tidak berhenti pada satu generasi saja.
Regenerasi bukan semata pergantian jabatan, melainkan pemindahan nilai, semangat, dan cita-cita perjuangan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam konteks PMII, regenerasi berarti memastikan bahwa setiap kader yang telah tumbuh melalui proses kaderisasi siap mengambil peran strategis, baik di internal organisasi maupun di ruang sosial masyarakat.
Namun, regenerasi yang ideal memerlukan keikhlasan dan kebijaksanaan. Senior harus mampu menjadi pembimbing yang membebaskan, bukan penjaga yang mengekang. Sementara itu, kader muda harus berani tampil dengan gagasan baru tanpa kehilangan akar ideologis Ahlussunnah wal Jama’ah yang menjadi dasar PMII.
Refleksi Menuju Era Baru Ber-PMII
Kita hidup di era yang ditandai oleh percepatan informasi, krisis moral, dan pergeseran nilai sosial. Tantangan ber-PMII hari ini tidak lagi sama dengan masa lalu. Maka, diperlukan pembaruan cara pandang dalam berorganisasi,tanpa meninggalkan nilai dasar pergerakan.
Era baru ber-PMII harus ditandai dengan tiga hal utama:
- Digitalisasi Pergerakan – Pemanfaatan teknologi sebagai sarana kaderisasi, advokasi, dan gerakan sosialisasi.
- Kemandirian Organisasi – Mendorong kader agar memiliki kemampuan secara ekonomi, intelektual, dan sosial, sehingga PMII tidak bergantung pada kekuatan eksternal.
- Aktualisasi Nilai Aswaja dalam Konteks Modern – Menjadikan nilai tawassuth, tasamuh, tawazun, dan i’tidal sebagai panduan dalam menghadapi perbedaan dan dinamika zaman.
Refleksi ini membawa kita pada kesadaran bahwa berorganisasi di PMII bukan hanya tentang aktivitas, tetapi tentang pembentukan peradaban. Setiap kader adalah bagian dari sejarah panjang perjuangan mahasiswa Islam yang berkomitmen untuk keadilan, kemanusiaan, dan keilmuan.
Kaderisasi dan regenerasi bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan dua sisi dari satu mata rantai pergerakan. Di tangan kader-kader muda yang berani berpikir dan bertindak, PMII akan terus tumbuh menjadi organisasi yang relevan, inklusif, dan berdaya di tengah perubahan zaman.
Era baru ber-PMII adalah era di mana nilai lama tetap hidup dalam bentuk baru—sebuah keberlanjutan perjuangan antara tradisi dan inovasi, antara idealisme dan realitas.
Sebagaimana pesan para pendiri:
“PMII bukanlah warisan untuk dipertahankan, tetapi amanah untuk dikembangkan.”
Penulis: Muhammad Ridwan Marbun, Wakil Sekretaris IV PKC PMII Sumatera Utara.
.png)
0 Komentar