Warta

Momentum Bulan Agustus, KOPRI PC PMII Pacitan Menyulut Energi Kolektif Kemerdekaan

Momentum Bulan Agustus, KOPRI PC PMII Pacitan Menyulut Energi Kolektif Kemerdekaan/Foto: Aktivis Autentik
Aktivis Autentik - Kemerdekaan tidak boleh berhenti pada rutinitas upacara tanggal 17 Agustus. Pesan itu ditegaskan oleh Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (KOPRI) PC PMII Pacitan lewat gelaran Semarak HUT RI ke-80, di Kampus STINU Pacitan, Sabtu (23/8/2025).

Kegiatan ini memang dikemas dengan lomba sederhana MC, dirigen, nyanyi, estafet karet, hingga lempar air namun makna yang ditonjolkan jauh melampaui sekadar hiburan. 

Setiap tawa, riuh penonton, hingga rebutan doorprize menjadi simbol bahwa perjuangan bisa lahir dari ruang-ruang kebersamaan yang paling sederhana.

Ketua KOPRI PC PMII Pacitan, Fitria Larasati, menegaskan bahwa semangat Agustus tidak boleh diperlakukan sebagai tradisi tahunan yang kering makna.

“Merdeka bukan soal tanggal 17 saja. Selama masih ada ketidakadilan dan kemiskinan, kemerdekaan harus terus diperjuangkan. Melalui kegiatan ini, kami ingin menjaga api perjuangan tetap menyala, sambil meneguhkan kebersamaan kader,” tegasnya.

Di tengah rutinitas organisasi yang padat, KOPRI memilih jalur kreatif menghadirkan ruang informal bagi kader muda. 

Alih-alih larut dalam gaya peringatan seremonial, mereka menjadikan arena lomba sebagai wadah mengasah spontanitas, solidaritas, hingga mental kompetitif yang sehat.

Atmosfer yang tercipta pun bukan sekadar riuh lomba. Ia menjelma menjadi ruang dialektika kaderisasi, bahwa menjaga nilai perjuangan tidak harus selalu serius dan kaku, melainkan juga melalui kreativitas, permainan, dan tawa yang membangun ikatan emosional.

Doorprize kipas angin yang disediakan panitia bahkan menjadi simbol kecil bahwa hadiah sederhana bisa menyalakan euforia kolektif. 

Persis seperti makna kemerdekaan itu sendiri energi bersama yang lahir dari hal-hal paling dekat dengan rakyat.

KOPRI PMII Pacitan lewat Semarak Kemerdekaan ini mengirim pesan tajam kemerdekaan harus terus ditafsir ulang oleh generasi muda, tidak berhenti pada prosesi bendera, tetapi berlanjut pada ruang-ruang perjuangan yang hidup di tengah masyarakat.

Dengan begitu, kemerdekaan tidak akan pernah usang. Ia terus bernapas, bahkan lewat lomba estafet karet dan lempar air.

0 Komentar

Cari Sesuatu di Sini

Close