Warta

PMII Rayon FKIP UNUSIA Goes to School: Edukasi Cegah Bullying, Kekerasan Seksual, dan Kenakalan Remaja

PMII Rayon FKIP UNUSIA Goes to School: Edukasi Cegah Bullying, Kekerasan Seksual, dan Kenakalan Remaja/Foto: Aktivis Autentik
Aktivis Autentik - Maraknya kekerasan di lingkungan pendidikan seperti tawuran, perundungan (bullying), hingga pelecehan seksual mendorong Organisasi Mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) untuk meluncurkan program edukatif bertajuk “Goes to School”. Program yang dijalankan sebanyak tiga kali ini menjadi bentuk nyata kontribusi mahasiswa dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, dan berkarakter bagi generasi muda.

Fenomena kekerasan di kalangan pelajar kembali menjadi sorotan publik sepanjang tahun 2025. Sejumlah kasus mencuat ke permukaan dan menggambarkan masih rapuhnya sistem perlindungan anak di lingkungan pendidikan.

Salah satu kasus yang menyita perhatian terjadi di Tajur, Kota Bogor, dimana sekelompok pemuda terlibat tawuran bersenjata tajam seperti celurit, dan sempat terekam dalam video yang viral di media sosial. Polisi mengamankan tujuh pelaku dalam peristiwa tersebut (Detik, 2025). Kejadian ini menimbulkan keresahan warga dan menunjukkan bagaimana pelajar saat ini rentan terhadap tindakan kekerasan yang dipicu oleh emosi sesaat, pengaruh kelompok, dan minimnya pengawasan.

Di sisi lain, kasus dugaan perundungan terhadap seorang siswa di Kabupaten Bogor kembali menegaskan bahwa kekerasan tidak hanya terjadi secara fisik, namun juga secara verbal dan psikologis. Dinas Sosial Kabupaten Bogor merespons cepat dengan melakukan pendampingan terhadap korban dan mempertemukan pihak-pihak terkait untuk mencari solusi damai (Bogor Online, 2025).

Tak kalah mengkhawatirkan, di Depok, seorang siswi SMP menjadi korban pelecehan seksual di lingkungan sekolah. Kasus ini membuka ruang diskusi tentang pentingnya tenaga pendidik memahami konsep perlindungan anak dan pendidikan seks yang komprehensif. Minimnya literasi guru terhadap isu ini dinilai menjadi hambatan dalam proses perlindungan dan penanganan kekerasan seksual di sekolah (Kompas, 2025).

Ketua Rayon FKIP, Oka Ersa Maulana yang akrab dipanggil Tum Maul Menjelaskan alasan dibentuknya Program Rayon FKIP Goes To School.

“Rayon FKIP Goes To School dibentuk karena keresahan masyarakat terkait kenakalan anak-anak remaja yang membuat keributan seperti tawuran, gangster dan lainnya, begitu pula kami melihat tiap tahunnya selalu terjadi kasus-kasus pelecehan, baik seksual di lingkungan sekolah maupun di luar yang dilakukan oleh anak-anak remaja sekarang, kasus bullying juga marak sekali terjadi dan paling banyak di lakukan itu terjadi di sekolah-sekolah, hal ini membawa kita untuk membentuk program FKIP goes to school, dengan tujuan menyadarkan para siswa-siswi betapa bahayanya dari kenakalan, kekerasan seksual dan bullying.”

Rangkaian kasus tersebut mencerminkan bahwa permasalahan kenakalan remaja tidak bisa lagi dianggap sebagai persoalan individu atau keluarga semata. Lingkungan pendidikan, masyarakat, dan negara memiliki tanggung jawab besar dalam membangun sistem pendampingan, edukasi, dan pengawasan yang kuat. Saat karakter anak gagal dibentuk secara utuh, maka yang tumbuh bukanlah generasi tangguh, melainkan generasi yang mudah terpapar pengaruh negatif.

 Merespons situasi tersebut, Rayon FKIP UNUSIA menghadirkan program “Goes to School” sebagai bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat. Program ini dilaksanakan Sebanyak tiga kali dengan tiga part, yang pertama berlokasi di Sekolah Al-Irsyadiyah, yang kedua di Sekolah Al-Manar, dan yang ketiga di Sekolah Al-Irsyadiah selama 3 hari dengan tanggal yang telah di tentukan, dengan sasaran utama siswa tingkat SMP dan SMA sederajat. Kegiatan ini terlaksana atas kerja sama dengan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD) Kabupaten Bogor dan Polres Bogor, yang turut terlibat dalam menyampaikan materi terkait bahaya bullying, kekerasan seksual, kenakalan remaja, serta pemahaman mengenai hukum perlindungan anak dan konsekuensi pidana bagi pelaku kekerasan.

“Anak-anak harus dilindungi, bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikis dan moral. Ini tugas semua pihak—sekolah, orang tua, pemerintah, dan masyarakat,” tegas Asep Saepudin, Komisioner KPAD Kabupaten Bogor.

Dalam kegiatan ini, mahasiswa menyampaikan materi melalui berbagai metode interaktif seperti diskusi kelompok, simulasi (roleplay), tanya jawab, dan edukasi karakter. Pendekatan ini bertujuan agar siswa tidak hanya memahami bahaya kekerasan, tetapi juga membangun keberanian untuk bersuara, menjaga diri, dan saling melindungi sesama teman.

“Lewat program Goes to School, kami ingin siswa tahu ke mana harus mengadu, memahami batas-batas yang harus dijaga, dan membentuk lingkungan pertemanan yang sehat,” ucap salah satu anggota rayon FKIP.

Program ini mendapat respons positif dari para siswa dan tenaga pendidik. Banyak guru yang menilai kegiatan ini sebagai penguat nilai moral yang selama ini kurang tersentuh dalam proses pembelajaran formal.

“Program Rayon FKIP Goes to school merupakan program yang pertama kali diadakan oleh Rayon FKIP dan menjadi sejarah bagi rayon FKIP sendiri di masa kepemimpinan ketua maul dan KOPRI ketua Najwa, tentu saya melihat sebagai ketua Komisariat sekaligus mewakili teman-teman pengurus komisariat sangat mengapresiasi kegiatan rayon FKIP Goes to school ini bisa sukses diselenggarakan, yang mana  langsung terjun ke sekolah-sekolah untuk mengedukasi para siswa/i terkait dengan pelecehan seksual/bullying dan kenakalan remaja di sekolah,” ucap Ketua Komisariat PMII UNUSIA Tum Sultan Mukholafatul Akbar.

Dengan program ini, Rayon FKIP UNUSIA tidak hanya mengedukasi siswa, tetapi juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama membangun budaya pendidikan yang aman, bebas kekerasan, dan mendukung tumbuh kembang anak secara utuh. Inisiatif ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan tinggi lainnya untuk turut berperan dalam isu-isu kemasyarakatan yang menyangkut masa depan generasi muda bangsa.

“Kami juga berterima kasih kepada Polres Kab. Bogor, KPAD Kab. Bogor, dan kepada pihak Sekolah yang bersangkutan dan ikut terlibat dalam acara ini, semoga dari acara ini kita semua sadar dan dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi anak-anak penerus bangsa,” ucap Najwatus Shalihah Ketua KOPRI PMII Rayon FKIP.

Penulis: Aura Destrianissa Ramadanti (Anggota Rayon Fkip Unusia)

Referensi:

  • https://news.detik.com/berita/d-7823319/viral-tawuran-pemuda-bercelurit-di-tajur-bogor-7-orang-diamankan.
  • https://megapolitan.kompas.com/read/2025/05/24/09421281/pelecehan-siswi-smp-di-depok-pentingnya-tenaga-pendidik-paham-konsep#google_vignette.
  • https://bogoronline.com/2025/01/dapat-laporan-dugaan-kasus-bullying-yang-menimpa-siswa-kadinsos-kabupaten-bogor-respone-cepat-dengan-cara-begini/.

0 Komentar

Cari Sesuatu di Sini

Close