![]() |
Saiq Khayran, Ketua PK PMII Unuja/Foto: Aktivis Autentik |
PMII lahir dari keresahan pemuda Nahdliyin terhadap realitas politik Indonesia pada saat itu (1950-1959). Carut-marutnya politik yang tak dapat dibendung membuat pemuda Nahdlatul Ulama (NU) semakin yakin akan perlunya kapal besar untuk meng-counter keadaan Ketatanegaraan Indonesia kala itu.
Perjalanannya yang cukup panjang hingga sekarang (17 April 2025), PMII telah menunjukkan usianya yang cukup tua. Meski usianya sudah menua, PMII selalu menunjukkan dirinya layaknya anak muda, berdiri tegak memberantas ketidakadilan, menegakkan nilai-nilai kemanusiaan dan memiliki semangat kebangsaan.
Sebagai bukti PMII memiliki semangat kebangsaan yang kuat, PMII telah banyak berkontribusi dalam melakukan perbaikan dan perubahan di negara Indonesia. Mulai dari kontrol kesewenang-wenangan kekuasaan, melahirkan pemuda-pemudi yang bermutu dan berintelektual, serta membantu agenda-agenda kemasyarakatan.
Namun, dalam momentum Hari Lahir (Harlah) PMII yang ke 65 ini, tentu harus dimanfaatkan untuk merefleksikan diri kembali, menghayati apa yang menjadi tujuan dan fungsi didirikannya organisasi ini. Sebab, tidak bisa menafikan, bahwa dalam perjalanan panjang sejak berdirinya, PMII juga sudah mulai kehilangan arah dan tujuannya.
Terlepas dari apakah PMII memiliki kedekatan kekeluargaan atau tidak dengan partai politik dan kekuasaan, namun integritas organisasi harus selalu ditegakkan. Keberpihakan pada kaum lemah, meng-counter praktik kesewenang-wenangan dan berdiri tegak melawan ketidakadilan merupakan pilar utama gerakan PMII. Bukan justru sebaliknya, berafiliasi secara ugal-ugalan, menyokong penuh agenda-agenda partai, dan meminimalisir gerakan saat terjadinya ketidakadilan.
Paradigma Kritis Transformatif (PKT) yang sampai saat ini masih menjadi panduan untuk berpikir dan bergerak, mengarahkan PMII untuk selalu berada pada jalan yang benar dan tepat. Tetap berpikir kritis dalam melihat kehidupan bernegara dan mampu beradaptasi dengan pesatnya perkembangan zaman. Jangan sampai PMII yang dikenal masyarakat luas sebagai gerakan keberpihakan pada kaum-kaum lemah, justru berafiliasi senyamannya dengan birokrasi pemerintah, hanya karena kepentingan personal dan kelompok-kelompoknya.
Maka dari itu, di momentum Harlah ke 65 ini, PMII tidak hanya merayakan dengan kesenang-senangan, namun juga harus benar-benar menjadi organisasi sub sistem pendidikan, yang terus melahirkan generasi unggul, berkarakter dan berkelanjutan. Kenapa demikian, karena mempersiapkan generasi sekarang sama halnya dengan mempersiapkan masa depan.
Jika yang dipersiapkan adalah kader-kader unggul, berkarakter dan berkelanjutan, maka akan berdampak baik pada kehidupan Indonesia ke depannya. Begitu juga sebaliknya, jika yang dipersiapkan adalah kader-kader lemah, rapuh dan tidak memiliki mental yang kuat, maka di masa yang akan datang, Indonesia akan berada di ambang kehancuran.
0 Komentar