Warta

Perempuan (me)Lawan Perempuan

Aktivis Autentik - 
Berbicara mengenai persoalan perempuan. Sejenak akan teringat dengan memori masa lalu yang di mana pemikiran akan tertuju pada sosok perempuan yang luar biasa yaitu RA. Kartini. 

Kita ketahui jika membicarakan sosok perempuan hebat ini berarti sedang membicarakan perjuangannya dalam meneriakkan suara kebebasan pada perempuan, yang di mana berdominasi perjuangannya terhadap pendidikan untuk kaum perempuan terbelakang khususnya. 

Pada saat itu, pendidikan kaum perempuan hanya diberlakukan untuk orang-orang bangsawan dan semacamnya. Sungguh sempit sekali kebebasan kaum perempuan pada saat zaman dahulu. Tetapi, persoalan itulah yang membuat kaum perempuan zaman dahulu memiliki rasa kepedulian satu sama lain yang sangat tinggi dan semangat juang yang tiada tara.

Beralih pada saat ini, yang kita ketahui banyak sekali isu-isu persoalan perempuan yang beredar di mana-mana. Apalagi perempuan masa kini jauh lebih maju, sudah memiliki hak kebebasan dan memiliki kesempatan dalam  mengakses pengetahuan yang lebih luas untuk mengembangkan dirinya. Tak dipungkiri adanya zaman dan teknologi yang semakin berkembang ini terkadang mengakibatkan perempuan terjebak pada permasalahan dengan sesama kaumnya. Seperti permasalahan Diskriminasi, saling menjatuhkan, bahkan mensubordinasi perempuan lain. 

Saat ini banyak sekali pembahasan di media sosial mengenai pertentangannya dengan budaya patriarki. Tentunya para kalangan aktivis perempuan sangat menggeluti terdepan dalam membahas persoalan ini. Akan tetapi sangat disayangkan, Kaum perempuan masih terlena dengan persoalan itu dibandingkan membahas mengenai persoalan yang terjadi pada sesama kaum perempuannya. Padahal persoalan ini sangat perlu dibahas dan perlu diupayakan untuk mengatasinya. Demi mewujudkan kekuatan pergerakan pada kaum perempuan itu sendiri. Banyak yang tak menyadari dari kaum perempuan sendiri bahwasanya musuh besar permasalahan mereka terdapat pada dirinya dan sesama kaumnya. 

Seorang pakar dan pengamat masalah perempuan AS, yaitu Madden menyimpulkan fenomena kehidupan konflik perempuan bahwasanya “di dalam diri perempuan selama ini selalu terjadi konflik yang kritis dengan sesama jenisnya. Karena perempuan seringkali merasa belum bisa menganggap perempuan lain sebagai makhluk yang dapat memberikan rasa aman di lingkungannya (privat dan publik). Lebih jelasnya, perempuan masih menganggap bahwa perempuan lain adalah ancaman yang membahayakan dirinya dalam karier, rumah tangga, dan pribadi.”

Permasalahan yang terjadi antara perempuan dan perempuan lain tentu karena adanya beberapa faktor yang memengaruhinya. Jika dibahas melalui padangan psikologis, ini mengenai dengan adanya gejala electra complex yang bersemayam pada diri seorang perempuan, yakni di mana anak-anak perempuan biasanya lebih memuja ayahnya dibandingkan sang ibunya. Gejala psikologis inilah yang akhirnya terbawa oleh kaum perempuan saat menjalani lingkungan sosialnya. Dan tak lepas pada gejala ini yang dihubungkan pula dengan fenomena "male chauvinist pigs" yakni perasaan suka yang berlebihan dari perempuan terhadap laki-laki.

Dapat kita ambil contoh dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan ada seorang perempuan (dengan inisial si A) yang menjalani hubungan dengan seorang laki-laki, kemudian hubungan itu rusak karena adanya perempuan lain (dengan inisial si B) yang datang ke dalam hubungan mereka itu. Maka perempuan inisial A ini akan menyalahkan dan sangat tidak menyukai perempuan insial B. Padahal kalau dilihat dari posisi antara laki-laki dan perempuan inisial B itu sama-sama salah. 

Mungkin hal Ini terjadi karna adanya pembawaan gejala electra complex dari dirinya seorang perempuan. Selain itu juga permasalahan perempuan VS perempuan ini bisa diakibatkan dengan adanya rasa egois dan emosionalnya. Kita ketahui pula bahwasanya perempuan itu selalu mengaitkan segala apa yang dilakukanya dengan perasaan dan emosionalnya. Apalagi mengenai dengan kedudukan posisi yang telah didapatkannya. Tentunya segala upaya akan dilakukan untuk mempertahankannya.

Faktor lainnya juga terdapat pada diri perempuan yang merasa lebih baik dari yang lainnya. Yang mana merasa ingin paling unggul dan tidak mau terkalahkan sehingga terjadinya saling menjatuhkan satu sama lain. Padahal hakikatnya hubungan di antara perempuan sebenarnya bisa saling menguatkan dan bisa saling membahagiakan. Banyak sekali hal yang bisa dilakukan oleh kaum perempuan untuk mengatasi permasalahan seperti ini. Dimulai dari diri kita sendiri yang mana harus bisa mengatur tingkat emosional dan mengurangi rasa egois yang berlebihan terhadap sesama perempuan. 

Selain itu hal yang dapat dilakukan yaitu adanya terjalin sebuah komunikasi yang baik satu sama lain, saling merangkul, saling mendiskusikan persoalan perihal hak maupun kewajiban dari seorang perempuan, dan adanya saling memahami satu sama lain bahwasanya menciptakan suatu permusuhan sama halnya menciptakan suatu penindasan. 

Jika hal itu yang dilakukan oleh para kaum perempuan saat ini, maka persoalan perihal adanya budaya patriarki atau adanya penindasan terhadap kaum perempuan akan teratasi. Karena persoalan pada kaum perempuan itu sendiri sudah bisa teratasi oleh mereka. 

Dengan adanya saling menguatkan dan saling menyemangati satu sama lain akan terbentuknya pertahanan yang kuat dalam pergerakan kaum perempuan itu. Perlu diketahui pula terbentuknya suatu kekuatan itu tidak selalu harus dimulai dari hal yang besar.

Penulis: Ervina Rizqi Purwaningrum

0 Komentar

Cari Sesuatu di Sini

Close